Jumat, 13 Januari 2017

Melerai Dingin (puisi)




Melerai Dingin


Melerai dingin memeluk hangat
Dalam dekapan sunyi nan sepi
Namamu hadir dalam sukma
Menembus kalbu
Menelisik waktu yang kauburu
Tuk mengusir rindu
Rindu antara kau dan aku,
Percayalah jarak yang memisahkan kita, kan terobati oleh hati yang saling meniti
Meniti jalan dalam satu tujuan
Dan hati ini terus berjalan mencintaimu

Kamis, 12 Januari 2017

Ibu




Ibu



Ibu ... engkau lah kasih segala kasih
Yang seluas samudra yang tak mungkin terkuras oleh sepanjang masa
Di masa kecilku
Engkau gendong aku selalu
Seakan beban tak lagi kau anggap beban
Engkau bawa aku kesana kemari
Sembari mencari sesuap nasi untukku
Bila ku sakit
Engkaupun rela rasa sakit ku berpindah kepadamu
Apabila engkau sakit
Rasanya tak sanggup mata ini
membendung menahan air mata memandangmu ibu
Bahkan bila saat ku jauh dirimupun wajahmulah ibu
Yang pertama kali di ingatanku
Akan kasih sayangmu padaku
Tapi apalah balasanku ibu
Seolah sekantong darahkupun
Tak cukup untukku membalas setetes keringat budi jasamu
Wahai ibuku tercinta

Pahlawan(PUISI)



Pahlawan
Hatinya bergetar seakan dunia ikut tergoncang
Jiwanya berkobar seakan membara menyulut kalbu
Demi satu tekad menuju pintu gerbang kemerdekaan bangsa
Bayangkan bagaimana bisa sebilah bambu runcing
Seakan lebih dahsyat dari lesatan peluru peluru tajam
Bayangkan bagaimana bisa sebilah parang di genggaman tangan penuh goresan luka
Seakan lebih dahsyat dari ledakan meriam meriam yang berjajar di arsenal para penjajah negeri ibu pertiwi
Bayangkan bagaimana bisa darah yang tumpah berceceran di medan peperangan
Seakan lebih nikmat dari syurga dunia yang merayu hasrat di jiwa
Demi memperjuangan kemerdekaan bangsa
Air matapun sebagai pembasuh luka
Lukapun sebagai perias badan
Sebagai pertanda betapa dalamnya cinta para pejuang terhadap bangsa
Sekumpulan kisahnya menyayat hati
Setetes darahnya menguras air mata
Dan perjuangannya merasuk begitu dalam ke dalam renungan jiwa
Tuhan....
Sampaikanlah serangkai kata ku ucapkankan beribu terima kasihku untuk pahlawan bangsaku bangsa kami bangsa Indonesia
Di alam keabadian syurgaMu

puisi bagi penikmat kopi


                    KOpi





Secangkir Kopi
Secangkir kopi
di meja rumahku
Ku seruput hingga habis
Hanya tersisa ampas hitam
Saat itu
sore pukul lima
Sambil terbayang
seraut wajah
Sembari hujan deras
menemani
Sederas cintaku
pada kasihku
Namun anehnya
Aku belum tau
Siapa dia
kekasihku?

puisi buat adek tercinta


Adek ku sayang


Biarlah Si Kecil Tidur
Jangan kau ganggu
Si kecil yang sedang tidur
Biarlah dia terlelap melepas tangis dan candanya
Agar nanti terbangun
Tumbuh dengan sehat

Biarlah si kecil tidur
Dan doakan saja
Biar nanti badannya tumbuh membesar
Seirama dengan jari tangannya
Agar kelak dia dewasa
Mampu menggenggam erat dunianya
Biarlah si kecil tidur
Dan doakan saja
Biar nanti otaknya berkembang
Seirama dengan nalurinya
Agar kelak dia dewasa
Mampu berimajinasi mewujudkan mimpinya
Biarlah si kecil tidur
Dan doakan saja
Agar kelak menjadi anak sholeh

Malam yang Setia



Malam yang Setia


Saat mentari mulai tergelincir
Hingga hilir semakin semilir oleh angin malam yang dingin
Melalui butiran debu yang beterbangan dan dedaunan yang terkena riuhan angin malam
Menyiratkan malam melongok aku
Lewat jendela kaca rumahku
Seolah malam tersipu malu padaku
Saat ku melirik dari sepasang bola mataku yang tak kunjung mengantuk
Saat itu ku sapa malam dengan senyuman terbaikku
Agar senantiasa setia menemaniku
Merenungi malam itu sendiri
Hingga malaikat-malaikatpun turun ikut menyapa
Bersama merenungi malam yang indah nan menawan
Malam itu ku bicara pada malam
Tentang bintang ... rembulan ... hingga purnama....
Tentang resah ... gelisah ... hingga gundah gulana....
Hingga terlepas beban yang bergejolak di dada
Lewat lantunan lagu malam yang menggema mendayu bersama desahan angin malam
Dan alunan doa yang menggebu kalbu bersama tetesan derai air mata
Hingga dentuman nada menutup kelopak mataku
Sehingga tak sadar ku terlelap lelah dalam tidurku
Saat malam semakin setia
Aku kan selalu bersama
Di saat mataku terbuka maupun terpejam
Hingga mentari pagi, siang dan sore
Memisahkan untuk sesaat
Arloji berputar penuh
Pertanda malam kan datang kembali
Dengan cerita yang mungkin tak lagi sama
Kerana sinar mentari pagi ... siang ... dan sore
Menggiring aku pada cerita yang mungkin berbeda

SAHABAT(puisi ini di lontarkan untuk sahabat)




Sahabat




Sahabat ... kaulah canda tawaku
Saat bersama berirama mencurahkan kisah
Sebuah kisah beribu rasa
Rasa yang saling mengisi kekosongan cerita
Hingga masa yang tak terkira
Namun pada suatu masa kita harus berpisah
Berpisah untuk mengejar angan yang indah
Walao baru satu langkah kita kan berpisah
Tak kuasa kita menahan haru tuk kembali bertemu di lain waktu
Walao baru satu langkah kita kan berpisah
Kita sudah membicarakan tentang pertemuan kita di masa mendatang
Sahabat ... kenanglah kenangan kita
Walao dengan kesederhanaan kita merajut
Namun kan terasa mewah
Bila kita bingkai dengan cerita penuh senyuman indah
Saat kita kembali berjumpa